Mungkin sebagian besar dari pecinta korek harian juga sudah tahu kalau mengorek lubang porting adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan performa sebuah mesin. Pengaruhnya begitu besar, baik dari segi tenaga, karakter mesin sampai konsumsi bahan bakarnya. Namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ternyata tidak semudah membalikan telapak tangan, lubang porting memang bagian mesin yang terlihat sederhana, tapi tidak sesederhana apa yang kita bayangkan, dan oleh karena itu, ada baiknya bila kita lebih memahami apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain lubang porting yang cocok untuk mesin korek harian.
Pada dasarnya
kinerja lubang porting hanya dipengaruhi oleh bentuk dan ukurannya saja, namun detail dari setiap bagian di dalam ruang porting begitu kompleks, dan semoga pembahasan yang sederhana di artikel ini bisa lebih memudahkan kita untuk memahaminya.
Turbulensi (Pusaran udara tak beraturan)
Geometri (bentuk ruang) dari lubang porting merupakan faktor yang mempengaruhi pergerakan gas yang
mengalir di dalamnya, sudut lekukan
jalur porting yang terlalu tajam berpotensi menimbulkan turbulensi udara yang
merugikan di dalam lubang porting, hal ini bisa menghambat udara yang mengalir
di dalamnya, usahakan pula arah aliran udara sesuai dengan sudut kemiringan
klep, agar udara yang mengalir tidak menabrak bagian dalam sitting klep. Posisi
lubang porting intake yang tidak selaras dengan lubang manifold juga bisa
menimbulkan efek turbulensi, manifold yang minim lekukan (lebih landai) berguna
untuk meningkatkan kecepatan udara yang mengalir di dalamnya.
|
Kasar + Rata = Homogen |
Di dalam lorong porting
intake, turbulensi udara memang dibutuhkan untuk membantu pencampuran udara dan
bahan bakar agar lebih menyatu (homogen), namun jika turbulensi tersebut terlalu
berlebihan juga tidak bagus untuk pergerakan udaranya, udara lebih mudah
bergerak pada permukaan yang rata dibanding dengan permukaan yang tidak rata.
Lorong porting intake yang kasar itu bagus, tapi harus rata. Berbeda dengan
lorong porting exhaust, di sini turbulensi harus diminimalisir, permukaan
lorong porting yang licin malah baik untuk mempermudah keluarnya gas buang
menuju knalpot dan mencegah menempelnya karbon hasil pembakaran pada dinding
porting exhaust. Posisi lubang porting exhaust harus selaras dengan posisi
lubang leher knalpot, untuk mencegah terjadinya turbulensi pada sambungan ini.
Ukuran dan Performa
Diameter porting intake yang semakin besar, cenderung mengurangi kecepatan gas yang mengalir di
dalamnya, kepadatan campuran pun ikut menurun, sehingga membutuhkan komposisi
bahan bakar yang lebih besar terhadap udara untuk mendapatkan AFR yang ideal,
dengan kata lain, konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros. Puncak tenaga
bergeser ke RPM lebih tinggi, dan mengurangi performa di putaran bawah, powerband menjadi lebih luas, jika
tidak di dukung dengan rasio kompresi yang lebih tinggi.
Diameter porting intake yang relatif kecil, bisa meningkatkan kecepatan dan mampu menjaga kepadatan campuran
gas yang mengalir di dalamnya, sehingga kebutuhan komposisi bahan bakar
terhadap udara untuk mendapatkan AFR yang ideal tidak terlalu besar. Konsumsi
bahan bakar lebih irit, puncak tenaga bisa diraih di RPM yang lebih rendah,
putaran bawah dan menengah lebih bertenaga, namun seringkali kehabisan tenaga
di putaran atas, bila tidak dikombinasikan dengan noken as yang berdurasi lebih
lebar.
Diameter Porting Ideal
Bila diameter klep sudah ideal, maka untuk
menentukan seberapa besar diameter porting yang ideal bisa menggunakan rumus
sederhana ini. Diameter ideal porting intake adalah 80%-90% dari diameter
klep intake. Diameter ideal
porting exhaust adalah 100% dari diameter exhaust.
Langkah-langkah mudah untuk mendesain lubang porting korek harian bisa lihat
di sini,
Semoga informasi sederhana ini bisa bermanfaat.
Maju terus Otomotif Indonesia.